Saturday, April 20, 2024
  • Ikuti Kami
  • Posko Jenggala
  • Posko_Jenggala
  • Posko Jenggala
  • Posko_Jenggala

Tanggul Situ Gintung Jebol 2009

Published : 17-Januari-2015 | 01:42:30

Situ Gintung di Selatan Jakarta jebol. Tanggulnya tak kuat menahan air. Jadilah air bah menghantam pemukiman penduduk di bawahnya. Tragedi pagi hari. Sebuah pengingat yang terlampau berharga untuk dilupakan.


Pagi itu, Jumat, 27 Maret 2009, sekitar subuh, air bah setinggi tiga meter menerjang bangunan dan rumah penduduk yang padat di kawasan hilir (baca: bawah) Situ Gintung, Tangerang, Banten. Kawasan yang terletak di pinggir Jakarta itu luluh lantak. Rumah-rumah jadi tak berbentuk. Beberapa mobil bertumpuk. Sepeda motor tergeletak. 99 orang meninggal dunia. Korban lainnya mengalami luka-luka dan ada yang hilang belum ditemukan. Tanggul Situ Gintung jebol.

Andi Sahrandi mendengar teriakan keras pembantu rumah tangganya yang mengatakan bahwa Situ banjir ke mana-mana! (situ artinya: danau, dalam bahasa Sunda). Banyak orang yang mati, katanya lagi. Andi yang sempat tak percaya segera keluar dari rumahnya yang berada di Cireundeu. Aliran air dari Situ Gintung melintas jalan yang menuju rumah Andi. Begitu dirinya menengok dengan cepat ke sana, memang betul apa yang dikatakan pembantunya tersebut.

Saat itu, sudah banyak orang di luar, sekitar pukul 06.00 WIB. Andi segera mengontak relawan Posko Jenggala yang kebanyakan tinggal di Jakarta. Tak lama kemudian relawan-relawan Posko Jenggala pada berdatangan. Mereka bersama-sama warga kampung setempat berusaha mencari korban. Beberapa mayat manusia ditemukan. Korban luka-luka juga berusaha diobati oleh tim medik Posko Jenggala. Bisa jadi, karena rumah Andi dekat dengan lokasi bencana, maka Posko Jenggala menjadi yang pertama tiba di daerah kejadian.

Jenazah korban yang ditemukan dievakuasi dan disemayamkan di Universitas Muhammadiyah, dan STIE Ahmad Dahlan, Cireundeu. Sedangkan korban luka-luka yang perlu perawatan rumah sakit dibawa ke Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan, untuk perawatan lebih lanjut. Setelah saat-saat awal, Posko Jenggala berbaur bersama relawan dari berbagai lembaga dan organisasi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), TNI-Polri, dan Palang Merah Indonesia. Ratusan warga masyarakat yang selamat mengungsi sementara ke Universitas Muhammadiyah.

Jebolnya tanggul danau diperkirakan karena situ tak lagi bisa menampung beban air yang masuk, sejak hujan terus menerus terjadi beberapa waktu sebelumnya. Kondisi ini bisa terjadi karena lahan di sekitar situ sudah tidak dapat lagi menyerap air dengan baik. Seperti diketahui, kawasan sekitar Situ Gintung sudah dipenuhi bangunan dan rumah. Bahkan, ada bangunan yang hanya berjarak satu meter dari pinggir danau. Padahal, menurut ketentuan yang ada, minimal tidak ada bangunan dalam jarak 50 meter dari bibir danau.

Menurut Nirwono Joga, pengamat perkotaan kepada Harian Kompas, kapasitas debit air Situ Gintung adalah satu juta meter kubik air untuk situ seluas 31 hektar. Padahal, saat ini luas Situ Gintung sudah menyusut tinggal 21 hektar, tetapi debit air masih tetap satu juta meter kubik. Tanggul situ jebol karena air yang ada dalam situ telah mencapai 1,5 juta meter kubik.

Daya dorong air yang sangat besar ditambah mulai rusaknya tanggul, menjebol tanggul dan meluluhlantakkan pemukiman di dataran rendah di bawah tanggul danau. Air sebanyak 1,5 juta meter kubik, sama dengan 1,5 miliar liter, atau setara 300 ribu truk tangki ukuran 5 ribu liter ini meluncur deras menghantam sekitar 250 rumah penduduk yang berada di bawah tanggul situ.

Harus disadari bahwa kawasan Situ Gintung telah rusak. Karena itu, tidak hanya memberikan bantuan saat darurat bencana, Posko Jenggala merasa terpanggil pula melihat kondisi Situ Gintung ke depan. Diperlukan penataaan dan pemulihan kembali kawasan Situ Gintung dengan mempertimbangkan lingkungan yang baik. Karena itu, Posko Jenggala bersama Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia), PBHI (Pusat Bantuan Hukum Indonesia), ICEL, Marba Foundation, serta mahasiswa Universitas Trisakti, UIN Syarif Hidayatullah, dan Universitas Padjajaran melakukan penanaman sekitar 10 ribu bibit pohon. Dibentuklah “Masyarakat Peduli Situ Gintung”.

Apalagi, terbetik kabar bahwa terdapat rencana untuk mengecilkan Situ Gintung hingga 50 persen dari luas yang terakhir, 21 hektar, untuk keperluan yang tidak pada tempatnya. Bisa dibayangkan bukan akibat yang bakal terjadi bila hal tersebut benar-benar dilakukan?

Padahal, kalau Situ Gintung ditutup atau diperkecil, menurut Nirwona Joga, yang akan terancam adalah Jakarta. Situ Gintung seluas 21 hektar itu selama ini berfungsi sebagai daerah tangkapan air untuk Ibu Kota, Jakarta. Situ Gintung berjasa sebagai pengendali banjir di wilayah Jakarta Selatan. Daerah yang sebenarnya harus jadi kawasan konservasi dan dijaga serta dirawat bersama keberadaannya.


Waktu Kegiatan


27-Maret-2009 S/D 15-April-2009

Lokasi Kegiatan


Berita Terbaru


Selengkapnya

Kontak

GERAKAN KEMANUSIAAN POSKO JENGGALA

Jl. Gunung Indah II No. 50, Cirendeu, Ciputat, Tanggerang Selatan

(021) 7445734

(021) 7445734

info[at]posko-jenggala.org

www.posko-jenggala.org